Header Ads

Antara Ketahanan Pangan dan Ketahanan Petani


Antara Ketahanan Pangan dan Ketahanan Petani 

CEO Lintas Agro Niaga - Agriculture Company Makassar
* Penulis juga merupakan Ketua DPW PKS Sulsel Periode 2020 – 2025*

Isu ketahanan pangan yang   ramai diperbincangkan   memicu lahirnya banyak ide dan program yang  mengarah pada cara mengamankan pasokan pangan untuk masyarakat dunia, khususnya untuk masyarakat Indonesia. Tentu hal ini  harus dipikirkan dan direalisasikan dalam program- program ketahanan pangan yang berskala lokal maupun nasional, seperti  program intensifikasi tanaman pangan dengan penyediaan subsidi pupuk, benih, bahkan crop protection, yang sekali lagi memang menjadi alternatif program yang  bisa membantu meningkatkan pasokan pangan melalui peningkatan produktivitas. Selain program intensifikasi, beberapa program ekstensifikasi juga dilakukan, misalnya pembukaan areal sawah baru atau tanaman pangan lain dengan mengonversi areal hutan atau kebun yang tidak produktif, sehingga menambah areal tanaman pangan menjadi lebih luas yang otomatis juga meningkatkan pasokan pangan. 

Namun,  apakah peningkatan pasokan pangan ini juga berdampak secara signifikan pada peningkatan kesejahteraan petani sebagai pelaku utama sektor pertanian khususnya yang terkait dengan program ketahanan pangan? Inilah   yang patut dipikirkan oleh pemerintah,  bagaimana meningkatkan penghasilan petani, agar mampu memenuhi kebutuhan pokok mereka  baik pangan, sandang, maupun pendidikan. Karena kekhawatiran terbesar sektor pertanian Indonesia adalah semakin langkanya tenaga kerja di sektor pertanian.  Lahan ditinggalkan  pekerja pertanian karena tidak bisa memenuhi kebutuhan pokok dari lahan garapan mereka.  Sehingga lahan garapan  semakin sempit. Ada juga yang menjualnya untuk peruntukan sektor nonpertanian. Tingginya biaya produksi yang tidak seimbang dengan penerimaan karena produktivitas yang rendah. Harga jual yang rendah ini menyebabkan semakin berkurangnya areal pertanian di Indonesia khususnya tanaman pangan. 

Biaya produksi pertanian yang tinggi banyak dipengaruhi oleh harga agro input pertanian yang relatif tinggi. Walaupun  sudah  mendapat subsidi dari pemerintah, seperti benih dan pupuk tetapi terkadang ketersediaannya tidak merata. Petani terpaksa membeli agro input nonsubsidi yang harganya relatif  tinggi dibandingkan agro input subsidi. Produktivitas tanaman yang tidak optimal karena  tidak maksimalnya teknis budi daya yang dilakukan, memberikan kontribusi pada rendahnya penghasilan petani dari penjualan hasil panen. 

Dan terakhir, rendahnya kualitas produk yang dihasilkan dikarenakan tidak optimalnya proses pascapanen, lalu  berdampak pada rendahnya harga jual produk. Akhirnya, pendapatan petani dari lahan yang mereka garap tidak mampu menopang kebutuhan pokok mereka.   Tingkat kesejahteraan petani  semakin rendah karena terlilit utang untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang, dan pendidikan.  Petani sebagai penopang utama ketahanan pangan nasional harus hidup di bawah tingkat kesejahteraan bahkan cenderung berada di bawah garis kemiskinan. Ironis.

Langkah awal yang   harus ditempuh  pemerintah untuk memperbaiki sistem ketahanan pangan dan ketahanan petani adalah  melihat data real tingkat kesejahteraan petani penggarap dan petani pemilik lahan khususnya yang bergerak di sektor tanaman pangan seperti padi, jagung, kedelai, dll. Analisis Usaha Tani dari komoditas tanaman pangan ini harus bisa menargetkan tingkat produksi dan penghasilan yang mampu memenuni kebutuhan hidup dasar petani dan keluarganya selama satu tahun.  Jika hal ini dapat diwujudkan maka  para petani  bisa terbebas dari utang yang selama ini menjerat dan memiskinkan.  Petani kita  sebagian besar  dijerat oleh praktik rentenir yang secara nyata tidak berpihak pada kepentingan petani.  

Peningkatan produksi tanaman pangan sangat dipengaruhi oleh aspek genetik dan lingkungan.  Genetik dalam hal ini adalah benih yang berkualitas yang memiliki potensi produksi  tinggi, toleran terhadap serangan hama dan penyakit, serta memiliki daya adaptasi yang luas.  Sedangkan faktor lingkungan dalam hal ini adalah  persiapan lahan, manajemen kebutuhan air, drainase, serta pemenuhan kebutuhan nutrisi tanaman atau pupuk.  Hal-hal  inilah  sering menjadi faktor yang tidak dapat dipenuhi secara ideal oleh petani kita sehingga menyebabkan rendahnya produksi tanaman, yang secara langsung memengaruhi rendahnya tingkat  kesejahteraan petani.

Untuk itu sangat dibutuhkan adanya intervensi pemerintah, lembaga penelitian dan pengembangan,  perguruan tinggi, serta lembaga keuangan untuk memecahkan permasalahan ini. Di antaranya, dengan menghasilkan benih tanaman pangan berkualitas tinggi, teknologi pengolahan lahan  berbasis modernisasi, dan mekanisasi serta teknologi pemeliharaan dan pengairan  berbaris teknologi tinggi yang mampu menekan biaya dan memiliki efektivitas  tinggi dalam meningkatkan produksi tanaman.

Jika langkah-langkah ini dilakukan secara simultan dan tepat sasaran, insyaallah  sangat membantu dalam menyukseskan program ketahanan pangan serta peningkatan kesejahteraan petani, sehingga pertanian Indonesia semakin maju, modern, dan berkelanjutan.*

No comments

Powered by Blogger.